Wednesday, March 2, 2011

30 Cara Melembutkan Hati

Hadis riwayat Aisyah ra. istri Nabi saw.:
Rasulullah saw. bersabda: Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnya


Kita tidak lalai akan do'a yang satu ini : "Ya Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah diriku dalam Agama-Mu dan dalam Ketaatan kepada-Mu".

Begitulah, menjaga kondisi hati untuk senantiasa istiqomah berada di jalan Allah, senantiasa bersih dari segala kotoran dan lembut dari segala kekerasan (hati), tidaklah mudah. Kesibukan dan rutinitas kita yang menguras tenaga dan pikiran, serta interaksi yang terus menerus dengan masalah duniawi, jika tidak diimbangi dengan "makanan-makanan" hati, terkadang membuat hati menjadi keras, kering, lalu mati... Padahal sebagai seorang mukmin, dalam melihat berbagai macam persoalan kehidupan, haruslah dengan mata hati yang jernih.

Untuk itu, beberapa nashehat berikut patut kita renungi dalam upaya melembutkan hati. Kita hendaknya senantiasa:
1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba sebelum kita sempat bertaubat.
2. Takut tidak menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah
itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan
syaithan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah pada diri kita.
5. Takut akan balasan siksa yang segera di dunia, karena maksiat yang kita lakukan.
6. Takut mengakhiri hidup dengan su'ul khatimah.
7. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
8. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur.
9. Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
10. Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas dosa besar dan dosa kecil yang kita
lakukan.
11. Takut melalui titian yang tajam. Sesungguhnya titian itu lebih halus daripada rambut
dan lebih tajam dari pedang.
12. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
13. Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
14. Takut terhadap nikmat Allah yang kita rasakan siang dan malam sedang kita tidak
bersyukur.
15. Takut tidak diterima amalan-amalan dan ucapan-ucapan kita.
16. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan kita sendiri.
17. Kekhawatiran kita menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada
hari timbangan ditegakkan.
18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita, anak-anak, keluarga, suami dan harta
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan jangan kita bersandar dalam memperbaiki
urusan ini kecuali pada Allah.
19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya' ke dalam hati, karena terkadang riya' itu
memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan Al Basri rahimahullah
pernah berkata kepada dirinya sendiri. "Berbicaralah engkau wahai diri. Dengan
ucapan orang sholeh, yang qanaah lagi ahli ibadah. Dan engkau melaksanakan amal
orang fasik dan riya'. Demi Allah, ini bukan sifat orang mukhlis".
20. Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas maka hendaknya akhlak kita seperti akhlak
seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya atau membencinya.
21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika larangan-larangan Allah diremehkan.
22. Ketahuilah bahwa amal sholeh dengan keistiqomahan jauh lebih disukai Allah
daripada amal sholeh yang banyak tetapi tidak istiqomah dengan tetap melakukan
dosa.
23. Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat
dan akan menemui Allah dengan amalan yang buruk.
24. Hendaknya ketakutan pada Allah menjadi jalan kita menuju Allah selama kita sehat.
25. Setiap kita mendengar kematian seseorang maka perbanyaklah mengambil pelajaran
dan nasihat. Dan jika kita menyaksikan jenazah maka khayalkanlah bahwa kita yang
sedang diusung.
26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rezeki kita
sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia kumpul-kumpulkan. Dan
menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita tetap
mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak menginfakkannya sedikit pun, dan
mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah ingat mati.
27. Lihatlah dunia dengan pandangan I'tibar (pelajaran) bukan dengan pandangan
mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah kita
sanggup menghadapi panasnya jahannam?
29. Di antara akhlak wanita mu'minah adalah menasihati sesama mu'minah.
30. Jika kita melihat orang yang lebih besar dari kita, maka muliakanlah dia dan katakana
kepadanya, "Anda telah mendahului saya di dalam Islam dan amal sholeh maka dia
jauh lebih baik di sisi Allah. Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih baik
sedikit dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah

cara menjaga perasaan orang lain...:)

Assalamualaikum W.B.T, salam sejahtera buat semua sahabat dan pengunjung laman aku ni.
Mengapa perlunya menghargai perasaan orang lain? Persoalan ini akan terjawab apabila kita menanyakan kembali soalan itu kepada diri sendiri dalam bentuk soalan “Mengapa pelu menjaga perasaan sendiri?”. Dalam konsep ‘Hablum Min-Annas’ telah jelas di situ akan maksudnya bahawa kita perlu menjaga hubungan sesama manusia selain menjaga hubungan dengan Maha Pencipta( Hablum Min-Allah). Perlunya menjaga perasaan orang lain sama pentingnya menjaga perasaan sendiri, kerana Allah SWT telah menjadikan naluri manusia itu suka akan penghargaan, pujian dan kelembutan tutur kata.
Sebagaimana firman Allah:
“Maka dengan sebab rahmat yang melimpah-limpah dari Allah kepadamu wahai Muhammad engkau telah bersifat lemah lembut kepada mereka sahabat-sahabat dan pengikutmu dan kalaulah engkau bersifat kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu”. ( Surah Aali- Imran ayat 159 )
Penghargaan kepada perasaan orang lain tidak bermakna perlu bersetuju dengan apa yang diucapkan. Bersetuju melibatkan fakta sama ada apa yang dikatakan itu benar atau salah. Manakala menghargai pula melibatkan emosi dan perasaan, ia adalah dua perkara yang berbeza. Kita haruslah berhati-hati dalam menggunakan kedua-dua cara ini dalam satu masa, kerana masalah mungkin akan timbul akibat campur aduk ini.
Menghargai perasaan orang lain boleh berlaku dengan cara kita mendengar dan memberi perhatian kepada apa yang diceritakan kepada kita dan kita menyelami perasaan orang yang sedang berkata-kata itu. Selain itu cara yang paling mudah adalah dengan diam, mengangguk, dan melihat ke wajahnya semasa dia sedang berkata-kata. Selain itu kita boleh menggunakan komen-komen neutral yang biasa digunakan seperti “ ya, betul.” , “ Ok,” , “Oh!”, “Menarik, menarik…”, “Iya ker?, “Teruskan”, “Isyyy…kasihannya awak.” , “Oh, begitu,” dan sebagainya. Komen neutral ini membantu mendorong orang yang sedang bercakap supaya terus bercakap dan meluahkan masalahnya sehingga kesusahannya hilang selepas dia berasa dihargai kerana ada insan yang sudi mendengar keluhan keresahannya

Tuesday, March 1, 2011

cara menjaga hati orang lain....

l
Satu hal menjadi asas dalam perhubungan masyarakat ialah persahabatan yang terjalin sejak tercetusnya pengenalan. Rasa persahabatan itu menjadi punca ketenangan kehidupan .Inilah masyarakat yang bertamadun yang menjadi impian dan harapan manusia keseluruhannya.

Dalam masyarakat yang bertamadun ini tidak akan ada orang yang mahu bantah membantah , bertekak apabila bertemu apalagi mengata keburukan orang lain. Hal ini pernah terjadi di zaman Rasulullah s.a.w dalam masyarakat yang tidak bertamadun.

Sesungguhnya masyarakat jahiliyah yang rata ratanya tidak bertamadun menganguaap sesuatu yang asing dari mereka semuanya seteru atau musuh. Mereka yang berada di kelompok lain tidak boleh dibuat kawan . Budaya ini mungkin susa diungkai kerana sudah bertapak sekian lama.

Tapi dengan didikan Rasulullah s.a.w yang penuh berhikmah itu telah menukar cara hidup mereka kepada kehidupan yang berkasih sayang dan persahabatan yang terjalin kukuh. Para sahabat di ajar agar tidak bantah membantah, mentertawakan orang lain dan memungkiri janji.

Daripada Ibnu Abbas r.a , dia berkata :
Rasulullah bersabda , " janganlah kamu berbantah terhadap saudara kamu dan pula mentertawakannya dan janganlah kamu membuat janji kemudian kamu mungkiri. " (Riwayat al-Tirmizi)

Adalah menjadi hak dalam persaudaraan dan persahabatan , menjaga hati orang lain dan tidak boleh menyinggung perasaannya . Rasanya semua orang tahu tetapi kadang kadang kita tidak perasan beberapa tindak tanduk kita boleh mencetuskan pelbagai prasangka orang .

Kerana itu , setiap umat Islam mestilah peka perkara ini dan amalkan sikap suka meminta maaf apabila dirasakan sesuatu yang tidak kena.

Umat Islam patut meneliti punca dan kesan tiga perkara yang disebut oleh Rasulullah s.a.w di atas .Dan tidak mustahil jika ianya tidak dibendung akan terjadi bibit yang membawa kepada kecil hati.

i ) sikap membantah , adalah kerana ego yang menebal .Apabila masing masing tidak mahu beralah maka akan dipertahamkan terntulah kehendak sendiri. Disini akan tercetuslah permusuhan yang mungkin berpanjangan .

ii ) Sikap suka mentertawakan orang , mungkin boleh mengembirakan seseorang tetapi bagi sesetengah orang boleh pula mengecilkan hati.

iii) suka membuat janji tanpa memikirkan risikonya adalah sikap yg tidak baik. Kita boleh membuat janji tetapi mestilah dipastikan bahawa janji itu boleh ditepati. Jika kita berjanji kemudian tidak menepati maka kita dianggap mengingkarinya . Ini pasti boleh menumbulkan pelbagai sangkaan buruk terhadap orang berkenaan .

Utamakan perpaduan ummah dari cuba mencetus sesuatu yang tidak diingini. Riak riak bunga berkecil hati mesti dielakkan dengan masing masing berprasangka baik . Inilah kunci utama di samping cuba mengawal diri dalam menjalinkan persahabatan .